Semua atribut pada tag HTML memiliki fungsi:
1. Untuk memberikan perintah/informasi kepada browser
2. Untuk memberi informasi meta kepada robot crawler, seperti milik Yahoo, Bing, Google, dll.
3. Untuk memberi perintah/informasi kepada proses script seperti javascript, PHP, dll.
Untuk mencapai ketiga fungsi tersebut secara global, baik oleh browser,
bot, dll, atribut atau properti baru harus diajukan sebagai microformat,
yang diuji dan disetujui oleh W3C. Tanpa persetujuan, atribut dan
properti yang diajukan tidak berfungsi, dan oleh karena itu tidak bisa
digunakan. Ini yang menjadi landasan kita untuk pembicaraan atribut
rel="nofollow" dan rel="dofollow" selanjutnya.
Atribut rel memiliki banyak sekali properti, puluhan, di antaranya adalah external, tag, prefect, bookmark, help, dll. Anda bisa cek beberapa properti umum atribut rel di sini. Kemudian muncul properti nofollow, dan yang baru-baru ini sedang kondang adalah properti author, me, dan publisher, yang digunakan oleh Google untuk mengkaitkan/validasi profil G+ penulis dengan halaman yang ditulisnya, guna memunculkan snippet author di hasil pencarian.
Atribut rel memiliki banyak sekali properti, puluhan, di antaranya adalah external, tag, prefect, bookmark, help, dll. Anda bisa cek beberapa properti umum atribut rel di sini. Kemudian muncul properti nofollow, dan yang baru-baru ini sedang kondang adalah properti author, me, dan publisher, yang digunakan oleh Google untuk mengkaitkan/validasi profil G+ penulis dengan halaman yang ditulisnya, guna memunculkan snippet author di hasil pencarian.
Hakikat Rel="Nofollow"
rel="nofollow">
Salah satu properti atribut rel yang cukup terkenal adalah "nofollow".
Penggunaannya kini sangat luas. Bagaimana atribut ini bisa hadir? Tidak
lain dan tidak bukan adalah atas inisiatif Google, spesifiknya, atribut
rel="nofollow" diusulkan pada awal 2005 oleh Matt Cutts, yang saat itu
menjadi software engineer Google, dan seorang Blogger bernama Jason Shellen, yang juga merupakan inisiator Blogger, Google Buzz, dan Brizzly. Mereka meyakini komentar spam berpengaruh buruk terhadap komunitas blogging (blogosphere) sehingga penggunaan atribut ini sangat dibutuhkan.
Masih pada tahun yang sama, Google mengumumkan bahwa hyperlink yang
mengandung atribut rel="nofollow" tidak akan berpengaruh pada PageRank
link target. Dengan kata lain, atribut ini memberi isyarat kepada
Googlebot untuk tidak "menghadiahkan" PageRank pada link yang dirujukkan
oleh suatu halaman. Langkah ini diikuti oleh Yahoo, dan beberapa tahun
kemudian, oleh Bing. Ask.com juga mengkonfirmasi penerapan yang sama
jauh beberapa tahun belakangan. Namun demikian, masing-masing search
engine memiliki intepretasi berbeda-beda terhadap rel="nofollow",
efeknya bervariatif, dan tentunya memiliki tujuan sendiri-sendiri.
Penggunaan value nofollow pada rel merupakan bahasa kepada algoritma search engine, dalam hal ini adalah robot crawler, untuk mengabaikan atau tidak mengikuti (no follow) sebuah link dan tidak meneruskan PageRank dari halaman perujuk (pemberi backlink).
Perdebatan mengenai kemunculan atribut baru ini cukup santer dan keras.
Kebetulan pada waktu itu saya untuk pertama kalinya mengenal blogging
dan mendengar sendiri pembicaraan hangat atribut rel="nofollow" itu,
meski pada waktu itu belum benar-benar paham esensinya. Namun demikian,
atribut ini tetap digunakan; pertama kali diterapkan pada Blogger,
kemudian disusul oleh beberapa platform lainnya.
Meski penggunaan atribut ini memiliki fungsi jelas, banyak webmaster yang bisa mengakalinya untuk melakukan PageRank sculpting. Akhirnya, pada 15 Juni 2009, Matt Cutts mengumumkan di blognya
bahwa Googlebot tidak akan memperlakukan rel="nofollow" seperti
sebelumnya untuk menghindari kecurangan tersebut. Meskipun saat ini,
dengan bantuan PHP dan atau JavaScript, kita bisa menghapus atau
menyembunyikan rel="nofollow" (obfuscation). Ini yang mendasari
pemunculan plugin-plugin/modul (yang kemudian dinamakan sebagai
"dofollow") pada beberapa platform blog/website, yang akan kita
bicarakan nanti.
Jadi sudah sangat jelas sekarang. Kesimpulan sederhananya adalah:
1. Hyperlink tanpa atribut rel="nofollow" diikuti dan meneruskan PageRank:2. Hyperlink dengan atribut rel="nofollow" tidak diikuti dan tidak meneruskan PageRank:
rel="nofollow">
Kemunculan istilah Dofollow, Blog Dofollow, dan rel="dofollow"
Sejauh pengetahuan saya, istilah ini muncul lantaran nama plugin WordPress ciptaan Dennis
yang berfungsi menghapus/menyembunyikan rel="nofollow". Kehadirannya,
pada 2005 juga, adalah sebagai reaksi pada penggunaan rel="nofollow".
Menurutnya, atribut ini tidak ada manfaatnya (Februari,
2005), selamanya dan sampai kapanpun juga komentar spam akan terus ada.
Sampai saat ini, plugin tersebut masih terus dikembangkan dan digunakan
oleh blog-blog dofollow. Ya, namanya adalah Do Follow Plugin. Perhatikan pada kata Do dan Follow. Secara bahasa, kata do (auxiliary)
di depan kata kerja positif berfungsi untuk menegaskan kesungguhan,
yang artinya adalah "benar-benar mengikuti", sebagai lawan dari kata no follow. Ini seperti mengucapkan kata "I love you" namun kemudian memilih penekanan kesungguhan, jadinya "I do love you". :)
Lantas, istilah "DoFollow" ini diadaptasi untuk menunjukkan bahwa sebuah
blog tidak mengandung rel="nofollow" pada hyperlink komentarnya.
Pandangan ini berkembang menjadi gerakan perlawanan terhadap penggunaan
rel="nofollow" yang tidak mereka setujui, dengan nama "Dofollow Movement".
Blog-blog pengikut gerakan ini wajib mencantumkan label atau banner
dofollow pada blognya. Pada akhir 2005, banyak blog-blog mengikuti
gerakan ini dan mengikis habis rel=nofollow" dari blognya. Jadi, blog dofollow
adalah blog yang tidak menggunakan (menghapus) atribut rel="nofollow"
pada link-link di blognya (setidaknya pada link komentar), bukan blog yang menggunakan rel="dofollow". Salah satu jargonnya yang paling terkenal adalah "U Comment, I Follow".
Pada prosesnya, ini menguntungkan spammer untuk lebih giat lagi
mendapatkan backlink dari blog dofollow, sehingga lambat laun jumlah
blog dofollow semakin berkurang. Saya dulu adalah salah satu dari mereka
yang mengikuti gerakan ini dan pernah memiliki blog dofollow, baik di
Blogger maupun WordPress (self-hosted). Buka-rahasia.blogspot.com dulu adalah blog dofollow.
Kemunculan rel="dofollow"sebenarnya bersifat accidental. Dia
hanyalah istilah atau nama yang dicantumkan untuk melawan
rel="nofollow". Blog-blog dofollow mencantumkan tulisan rel="dofollow"
pada blognya sebagai indikator, sama halnya dengan label "DoFollow".
Artinya, atribut rel dan properti dofollow tersebut tidak benar-benar digunakan dalam hyperlink, melainkan hanya sebagai simbol.
Sinyalir kemunculan atribut rel="dofollow" pertama kali di dalam
hyperlink adalah dari direktori-direktori dan blog-blog yang khawatir
apabila tag hyperlink yang mereka sediakan (sebagai reciprocal link atau
pertukaran link) akan dibubuhi rel="nofollow" oleh pendaftar atau
peserta tukaran link blog, sehingga kemudian dibubuhkan rel="dofollow" sebagai warning agar link tersebut tidak diedit dan atau ditambahi rel="nofollow".
Tidak ada pihak satupun yang mengusulkan, mengajukan, dan meminta
persetujuan penggunaan rel="dofollow" pada W3C. Dan karena memang tidak
pernah diusulkan atau disetujui, maka tidak ada database satupun baik
pada search engine, browser, maupun software pengolah script web yang
memasukkan value properti dofollow ini. Artinya, properti dofollow tidak dikenal sama sekali.
Lalu, mengapa rel="dofollow" tidak mengalami masalah ketika dibaca
search engine dan browser, alias tidak ada error? Alasannya sederhana
sekali, karena search engine dan browser tidak mengenali properti
"dofollow", dan properti-properti microformat yang tidak dikenal
diabaikan begitu saja. Karena tidak dikenali pada saat proses
membacanya, maka kemudian dilewati begitu saja. Artinya, link anda yang
menggunakan atribut rel="dofollow" dianggap tidak mengandung atribut rel
apapun.
Analoginya seperti ini, anda menambahkan sebuah elemen div di halaman blog dan menghiasnya dengan CSS. Katakanlah, anda menggunakan atribut class dan properti cssdiv (class="cssdiv"), kemudian membuat .cssdiv
lengkap dengan stylingnya di head atau file terpisah. Lalu, tanpa
sengaja, anda keliru memberi nama properti di tag div. Jika seharusnya
adalah
>
, namun keliru menuliskan menjadi
. Apa yang akan terjadi? Karena
browser tidak menemukan properti tersebut pada file CSS (tidak ada
database), maka browser kemudian melewatkan pemrosesan styling pada div.
Hasilnya, div tidak akan dihiasi apapun. Inilah yang terjadi pada
rel="dofollow". Karena properti dofollow tidak dikenali maka tag link dianggap tidak mempunyai atribut rel, search engine mengabaikannya:
rel="dofollow"
Sama saja dengan ini:
Nah, pertanyaannya, mengapa repot-repot menambahkan rel="dofollow"?
That's it and have a nice blogging, as always...